Kalipuro, 17 Maret 2025 – Lentera Hati, yang biasanya dilaksanakan pagi hari, kali ini berbeda. Pada Senin sore kemarin, menjelang berbuka puasa, suasana yang santai dan menyejukkan semakin menambah keteduhan hati saat mendengarkan Tausiyah yang disampaikan oleh Al Mukkarom Ust. Hamzah. Tausiyah kali ini terasa sangat istimewa dan mengena, dengan tema yang belum pernah dibahas sebelumnya di Lentera Hati.
Ust. Hamzah mengawali dengan memperkenalkan dua kata yang sering kita dengar, namun memiliki makna yang berbeda. Kata pertama adalah asy-syiam, yang berarti puasa menahan lapar dan haus seperti yang kita lakukan pada bulan Ramadhan. Namun, beliau juga memperkenalkan makna lain dari asy-shaum, yang terdapat dalam Al-Qur’an, tepatnya dalam Surat Maryam ayat 25. Dalam ayat tersebut, Allah memerintahkan Sayyida Siti Maryam untuk "berpuasa bicara" alias diam, sebagai respons terhadap tuduhan dan fitnah yang diarahkan kepadanya.
Ust. Hamzah menjelaskan bahwa diam, dalam konteks ini, bukan berarti pasif atau tidak berbicara sama sekali, melainkan diam untuk tidak membicarakan keburukan orang lain. Apalagi di era digital saat ini, di mana kita sering kali lebih mudah berbicara atau bahkan menulis di media sosial, namun tidak selalu bijak dalam memilih kata-kata. Diam yang dimaksud di sini adalah untuk menghindari ghibah (menggunjing) atau fitnah, baik di dunia nyata maupun dunia maya.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam hadis, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berbicara yang baik atau diam.” Hadis ini mengingatkan kita untuk menjaga lisan, menghormati orang lain, dan menjaga hubungan persaudaraan. Perkataan yang tidak baik, yang mengandung fitnah atau kebencian, dapat memecah belah umat dan merusak hubungan antar sesama.
Lebih lanjut, Ust. Hamzah juga menyampaikan bahwa diam bukan berarti kita tidak aktif, melainkan aktif dalam mengontrol diri dan lisan. Diam adalah sikap yang bijak dan salah satu jalan lapang menuju Surga. Imam Malik, yang dikenal sebagai seorang yang sangat menjaga lisannya, memilih untuk lebih banyak diam setelah menyadari banyaknya bahaya yang datang dari perkataan yang tidak terkendali.
Kegiatan ini juga mengingatkan kita akan pentingnya menjaga perilaku di dunia digital. Dari sekadar like, komentar, atau share, kita dapat turut berpartisipasi dalam menyebarkan kebaikan atau keburukan. Karena itu, Ust. Hamzah mengajak seluruh peserta untuk lebih berhati-hati dalam memilih apa yang kita sebarkan, baik secara langsung maupun melalui media sosial.
Sebagai penutup, beliau mengajak semua untuk diam dari segala keburukan, baik dengan lisan, hati, maupun jari-jari kita yang seringkali mewakili perkataan kita di dunia maya. Semoga dengan menjaga lisan dan mengontrol diri, kita bisa terhindar dari keburukan dan memperoleh berkah Ramadhan yang penuh makna.
Dengan Tausiyah yang penuh hikmah ini, Lentera Hati hari ini diakhiri dengan suasana yang penuh ketenangan, menjelang berbuka puasa bersama.
judul menanti adzan ttiba dengan tausyiah indah "Diam yang menyembuhkan, Luka yang terukir kata"
0 Komentar